Jalan Jalan
seru kali ini aku dan teman – teman mengunjungi Pulau Penyengat. Pulau ini
terletak 3 km dari kota
Tanjung Pinang dan berjarak kurang lebih 35 kilometer dari pulau Batam. Kami
harus menyeberang dulu dari pelabuhan Punggur menuju pelabuhan Tanjung Pinang
menggunakan kapal ferry dengan biaya 115.000/PP dengan waktu tempuh sekitar 45
menit. Dari Pelabuhan perjalanan di lanjutkan dengan naik pompong yaitu perahu kecil yang
biasa digunakan para nelayan dengan membayar 15.000/PP. Perahu ini bisa
mengangkut 12 orang dengan tujuan yang sama.
Selama kurang
lebih tiga puluh menit naik perahu bisa terlihat barisan pompong, speedboat dan
rumah panggung yang berderet di sepanjang pelabuhan. Hamparan laut biru dengan
riak gelombangnya membuat perjalanan menjadi seru hingga kami tiba di dermaga
Penyengat. Di sekitar dermaga kami sudah di sambut beberapa pedagang yang menjajakan makanan khas pulau. Pulau Penyengat di masa lampau sempat menjadi pusat pemerintahan. Menurut
cerita yang beredar asal muasal nama “ Penyengat” diambil dari kisah seorang
saudagar yang datang dan hendak mengambil air
lalu disengat oleh sekumpulan lebah.
Ada beberapa tempat di
pulau ini yang dijadikan tempat wisata. Bangunan
mencolok yang paling dekat dengan
dermaga adalah Mesjid Raya Sultan Riau. Mesjid ini berdiri sejak 1832 M pada
saat kepemimpinan Raja Abdurrahman., Yang dipertuan Muda Riau VII. Bangunan
mesjid seluruhnya berwarna kuning, berdiri dengan megah dan terawat dengan
baik. Ada empat
buah menara yang berbentuk seperti bawang sebagai kubahnya. Di bagian kanan dan
kiri mesjid terdapat bangunan kembar sedangkan bagian belakangnya terdapat
makam keluarga sultan. Kubah yang berjumlah 17 buah di seluruh bangunan mesjid
sesuai dengan jumlah rakaat sholat lima
waktu. Saat itu aku sedang tidak melaksanakan sholat jadi tidak bisa melihat
jika di dalam mesjid terdapat perpustakaan Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi, Yang
Dipertuan muda Riau X dan kitab-kitab kuno juga alquran dengan tulisan tangan.
Oh iya, untuk
berkeliling Pulau Penyengat ini kami menggunakan Bentor atau Becak Motor. Satu
bentor bisa untuk tiga orang dengan biaya 25 ribu/PP. Cukup menggelikan jika di tengah jalan sesama
bentor saling bertemu, jalan yang tidak luas membuat kami was – was jika badan
bentor bersentuhan. Untunglah supir bentor yang kami tumpangi sudah lihai mengemudi.
Tempat berikutnya adalah kompleks makam bangsawan. Salah satunya komplek makam
Raja Hamidah ( Engku Puteri ) pemegang Religa Kerajaan (alat-alat kebesaran
kerajaan). Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Mahmud Syah III (1760-1812).
Sultan Mahmud Syah III adalah keturunan Sultan Riau IV dengan gelarnya Raja
Haji Fisabilillah.
Disini juga
terdapat makam Raja Ali Haji ( 1808-1873 ), pahlawan nasional dalam bidang
sastra juga pujangga terkenal dengan karya Gurindam 12. Di dalam komplek
pemakaman terdapat 12 pasal syair melayu yang berisikan nasihat – nasihat tentang
kehidupan. Ada juga makam Raja Ahmad, penasehat kerajaan
juga Raja Haji Abdullah, yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX (1855-1858) serta
Permaisurinya Tengku Aisyah.
Tempat
selanjutnya yang terletak di pinggir laut adalah Balai Adat Melayu Indera Perkasa.
Bentuknya berupa rumah panggung dengan kayu yang kokoh. Balai adat ini
digunakan sebagai penyimpanan perkakas raja dan tuan putri. Di dalamnya
terdapat pelaminan pengantin adat melayu dengan warna kuning keemasan. Kami langsung berfoto narsis di pelaminan
seperti pengantin melayu hahaha …. . Di bawah bangunan terdapat sumur yang merupakan
salah satu daya tarik bagi pengunjung. Menurut cerita jika membasuh
wajah atau kaki menggunakan airnya bisa mendatangkan keberkahan. Sumur ini
sudah berusia ratusan tahun dan konon merupakan sumber mata air pertama di
Pulau Penyengat.
Seraya
menikmati keindahan pulau kami mencicipi masakan khas penyengat yang dinamakan “
Asma Roja “. Makanan ini terdiri dari kepiting yang sudah dihancurkan lalu
dicampur dengan tepung yang sudah diberi bumbu lalu digoreng. Setelah di potong
menjadi ukuran kecil disajikan dengan sambal bumbu kacang di taburi ketimun dan
bawang goreng. Dipadukan dengan semangkuk es buah segar membuat hawa panas udara laut menjadi tidak terasa.
Jadiiii ... buat kalian yang sedang berkunjung ke pulau Batam dan sekitarnya, jangan lupa untuk mampir dan menikmati keindahan serta sejarah Pulau Penyegat yang sudah berusia ratusan tahun ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar