Jalan – jalan kali ini aku dan
teman – teman mengunjungi kampung tua yang berada di Pulau Batam. Menurut data statistik
pemerintah kota,
Pulau Batam memiliki sekitar 36 kampung tua. Kampung ini sudah berdiri puluhan tahun
silam sebelum kota
Batam ramai dan sukses seperti sekarang. Penghuni kampung ini kebanyakan warga
melayu asli yang satu sama lainya masih terikat kekerabatan. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai
nelayan. Hasil laut yang mereka dapat
akan di tampung untuk dijual ke seputar pasar dan supermarket di sekitar Batam.
Salah satu kampung tua yang kami
datangi adalah Kampung Tua Mata Ikan. Kampung ini berada di bagian ujung kecamatan Nongsa. Gapura besar
berwarna kuning dan hijau bertuliskan nama kampung dibangun oleh pemerintah kota Batam sebagai penanda
keberadaan kampung tua. Gapura ini juga ditemukan di 35 kampung lainya. Hamparan pulau kelapa dan lautan luas sudah
terlihat karena gapura terletak di dataran tinggi.
Masuk lebih dalam kami menemukan
deretan rumah penduduk yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Beberapa rumah tampak terlihat modern namun
masih ada juga yang sederhana. Rimbunan pohon kelapa terselip di antara
bangunan rumah. Toko kelontong, rumah
makan hingga pondok bersalin sederhana
juga terdapat disini. Cuaca terik membuat penduduk enggan keluar rumah. Hanya
terlihat beberapa anak kecil bermain pasir di halaman.
Kami memutuskan untuk menikmati siang di pantai
yang terletak di belakang pemukiman. Jalan menuju pantai hanya jalan setapak
yang terdapat di bagian samping rumah penduduk. Pantai ini memiliki air yang
tidak terlalu jernih dan tidak dipenuhi
karang. Pasir putih membuatnya terlihat menarik. Saat air surut bagian bibir pantai
akan berubah seperti lapangan luas yang biasanya sering digunakan untuk bermain
bola kaki. Batu – batuan di bagian pinggir pantai teronggok menambah hiasan. Pohon kelapa yang melambai sesuai arah angin
berjejer rapi di sepanjang pantai.
salah satu perahu nelayan |
Perahu – perahu nelayan tampak
bersandar. Didalamnya sudah tersedia jaring dan peralatan menangkap ikan. Ada
juga perangkap yang berupa kurungan
terbuat dari kayu dan sengaja di buat untuk menangkap ikan. Menurut Andi, salah
satu penduduk perangkap tersebut dalam satu hari bisa mendapatkan lebih dari 20
ekor ikan dari berbagai jenis dan ukuran.
Perangkap Ikan |
Tampak dari kejauhan beberapa
kapal besar berada di tengah laut. Mulai dari kapal pesiar, kapal tongkang hingga
kapal pembawa bahan bakar minyak. Letak perairan yang berdekatan dengan
perairan Malaysia membuat
kami harus menyetel sinyal telepon genggam versi manual karena beberapa kali
sinyal jaringan seluler Malaysia
masuk. Di bawah rimbunan pohon kami
menikmati kelapa muda dan soto ayam.
Dari bawah rimbunan pohon |
Sangat disayangkan pantai ini
kurang terjaga kebersihanya. Sampah tersebar disana sini juga sabut kelapa yang
dibuang begitu saja. Mereka hanya mengandalkan air pasang untuk menyapu sampah hingga
ke tengah laut. Padahal dulu pantai ini sempat dijadikan tenpat wisata karena
pemerintah kota
sudah merenovasi dengan mendirikan beberapa gazebo dan toilet umum. Kurangnya kepedulian
membuat pantai ini tidak popular seperti pantai lain yang berada di sekitar
kecamatan Nongsa.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar