Kamis, 21 November 2013

Wisata Kampung Tua Teluk Mata Ikan



Jalan – jalan kali ini aku dan teman – teman mengunjungi kampung tua yang berada di  Pulau Batam. Menurut data statistik pemerintah kota, Pulau Batam memiliki sekitar 36 kampung tua. Kampung ini sudah berdiri puluhan tahun silam sebelum kota Batam ramai dan sukses seperti sekarang. Penghuni kampung ini kebanyakan warga melayu asli yang satu sama lainya masih terikat kekerabatan.  Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai nelayan.  Hasil laut yang mereka dapat akan di tampung untuk dijual ke seputar pasar dan supermarket di sekitar Batam.

Gapura Kampung Tua Mata Ikan bagian depan

Salah satu kampung tua yang kami datangi adalah Kampung Tua Mata Ikan. Kampung ini berada di  bagian ujung kecamatan Nongsa. Gapura besar berwarna kuning dan hijau bertuliskan nama kampung dibangun oleh pemerintah kota Batam sebagai penanda keberadaan kampung tua. Gapura ini juga ditemukan di 35 kampung lainya.     Hamparan pulau kelapa dan lautan luas sudah terlihat karena gapura terletak di dataran tinggi.

Gapura bagian belakang

Masuk lebih dalam kami menemukan deretan rumah penduduk yang jaraknya berdekatan satu sama lain.  Beberapa rumah tampak terlihat modern namun masih ada  juga yang sederhana.  Rimbunan pohon kelapa terselip di antara bangunan  rumah. Toko kelontong, rumah makan  hingga pondok bersalin sederhana juga terdapat disini. Cuaca terik membuat penduduk enggan keluar rumah. Hanya terlihat beberapa anak kecil bermain pasir di halaman.
Pemukiman penduduk

Pemukiman penduduk

Pondok bersalin sederhana

Kami  memutuskan untuk menikmati siang di pantai yang terletak di belakang pemukiman. Jalan menuju pantai hanya jalan setapak yang terdapat di bagian samping rumah penduduk. Pantai ini memiliki air yang tidak terlalu jernih dan tidak dipenuhi karang. Pasir putih membuatnya terlihat menarik. Saat air surut bagian bibir pantai akan berubah seperti lapangan luas yang biasanya sering digunakan untuk bermain bola kaki. Batu – batuan di bagian pinggir pantai teronggok  menambah hiasan.  Pohon kelapa yang melambai sesuai arah angin berjejer rapi di sepanjang pantai.

salah satu perahu nelayan

Pantai di kala air surut

Perahu – perahu nelayan tampak bersandar. Didalamnya sudah tersedia jaring dan peralatan menangkap ikan.  Ada juga perangkap yang  berupa kurungan terbuat dari kayu dan sengaja di buat untuk menangkap ikan. Menurut Andi, salah satu penduduk perangkap tersebut dalam satu hari bisa mendapatkan lebih dari 20 ekor ikan dari berbagai jenis dan ukuran.

Perangkap Ikan



Tampak dari kejauhan beberapa kapal besar  berada di tengah laut.  Mulai dari kapal pesiar, kapal tongkang hingga kapal pembawa bahan bakar minyak. Letak perairan yang berdekatan dengan perairan Malaysia membuat kami harus menyetel sinyal telepon genggam versi manual karena beberapa kali sinyal jaringan seluler Malaysia masuk. Di bawah rimbunan pohon  kami menikmati kelapa muda dan soto ayam.

Dari bawah rimbunan pohon

Soto ayam

Sangat disayangkan pantai ini kurang terjaga kebersihanya. Sampah tersebar disana sini juga sabut kelapa yang dibuang begitu saja. Mereka hanya mengandalkan air pasang untuk menyapu sampah hingga ke tengah laut. Padahal dulu pantai ini sempat dijadikan tenpat wisata karena pemerintah kota sudah merenovasi dengan mendirikan beberapa gazebo dan toilet umum. Kurangnya kepedulian membuat pantai ini tidak popular seperti pantai lain yang berada di sekitar kecamatan Nongsa.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar