Minggu, 22 September 2013

CINTA SEGI EMPAT

Rabu, 01 Juni 2011

 

Entah apa yang terjadi antara aku, Irin, Riko dan Adit. Jika di telusuri mirip sekali dengan sinetron korea. Aku dan Riko berteman sejak kecil. Di mataku Riko bagaikan dewa yang siap menolongku kapan saja. Ia selalu ada saat aku sedang sedih ataupun senang. Rasanya hingga aku sebesar ini aku tidak perlu orang lain untuk menjagaku. aku selalu menganggap Riko segalanya untukku.
“ Kenapa kalian gak pacaran aja sekalian “ ujar Irin melihat betapa hebohnya saat aku cerita habis nonton film bareng Riko.
“ Hah ! pacaran ?” ulangku.
“ Iyalah pacaran ! sekarang mungkin Riko belum punya pacar, tapi jika suatu hari dia naksir cewek lain gimana ? “
Selama dua belas tahun bersahabat dengan Riko baru kali ini terlintas di kepalaku tentang pacaran. Selama ini ia tidak pernah dekat cewek manapun begitu juga aku.
“ Oh iya , Kalian pasti gak bakalan jatuh cinta udah bosen main bareng dari TK” ujar Irin mengambil kesimpulan sendiri.
Aku masih termangu. Tidak mungkin jatuh cinta ?
“ Gue sebel nih Adit maksa terus minta jawaban gue mau apa enggak jadi pacarnya “ ujar Irin membahas masalahnya.
“ Adit ganteng, keren dan baik kenapa lo masih bingung ?” tanyaku.
“ Dia bukan tipe cowok gue “ keluhnya
“ Dia udah komplit kale .. mau yang seperti apa lagi ?” rutukku sebal
“ Hm, … pengen seperti Riko yang baik, perhatian dan sayang banget sama lo “ ujarnya iri.
Aku tertawa mendegarnya.
“ Coba Riko punya kembaran ya !” ujarnya penuh harap.
Entah kenapa kalimat yang diucapkan Irin terus terngiang di hati dan otakku. Bagaimana jika Riko jatuh cinta pada cewek lain ? Apa yang harus ku lakukan saat itu terjadi ? apa ia masih menjadi dewa penolongku ? apa ia masih akan selalu ada untukku ?. ku raba hatiku selama ini aku tidak kenal cowok lain selain papa dan Riko. Apa sebenarnya aku sudah memberikan seluruh hatiku padanya ?.
***
“ Kamu nanti bisa pulang sendiri khan ?” tanya Riko saat menyambangiku di kelas.
“ Emang kamu mau kemana ?”
“ Aku ada latihan basket “
Aku mengangguk. Ku tatap tubuhnya yang pergi menjauh. Kenapa tiba – tiba aku gelisah. Selama ini jika ia sibuk dengan hal lain dan tak bisa menemaniku tak pernah kurasakan hal ini. kenapa kali ini hatiku resah.
“ Lita… gue seneng banget !” teriak Irin saat menelponku.
“ Lo terima cintanya Adit ?” tembakku.
“ Idih, enggak lah ! lo mau ama Adit ? ntar gue comblangin “ tawarnya
“ Lo kira dia barang ! gak sopan “
“ Lo tau gak hari ini gue pulang bareng siapa ?” aku disuruhnya menebak
“ Meneketehe “ jawabku asal.
“ Sama Riko ! tadi gue pulang telat gara- gara nyalin soal di perpustakaan eh ketemu Riko selesai latihan basket trus dia nawarin pulang bareng, ya gue mau banget lah secara dia selalu berduaan terus sama lo “ cerocosnya.
“ Oh ya ! trus dianterin sampe rumah gak ?”
“ Ya iyalah, trus dia mampir bentar deh ! emang tuh cowok baik banget ya ! “
Entah apa lagi yang diucapkan Irin aku tidak mendengar. Hatiku sudah dipenuhi perasaan aneh. Ada yang berdetak hebat di jantungku. Hawa panas tiba - tiba bersemayam di sana. Aku sampai tak sadar jika Irin sudah menutup teleponya.
“ Kemarin aku pulang bareng Irin “ ujar Riko saat kami pulang bareng dan mampir minum es kelapa.
“ Iya Irin cerita “ jawabku pendek.
“ Sohib kamu itu lucu juga ya ! “
Aku mengernyit heran menatap wajahnya. Apa maksud ucapanya.
“ Kamu naksir ?” tanyaku dengan hati mulai bergemuruh.
Riko tertawa lepas lalu mengacak rambutku.
Tapi siapa dinyana setelah kejadian Riko mengantar Irin. Perasaan Irin padanya berubah. Ia jatuh cinta pada Riko dan minta tolong padaku untuk menjadi mak comblang. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ingin rasanya menolak tapi melihat perasaan Irin yang terlihat sungguh –sungguh membuatku tidak tega. Akhirnya hanya anggukan kepala yang kuberikan padanya.
“ Aku minta tolong kamu antar Irin ke toko buku mau gak ?” tanyaku pada Riko.
“ Bukanya dia biasanya sama kamu ?” tanyanya balik.
“ Hari ini aku ada les inggris, kasihan dia gak ada yang nemenin “ bujukku.
“ Ya udah “ jawabnya pendek lalu meninggalkanku dan menghampiri Irin yang sudah menunggunya. Irin memberikan jempolnya padaku dan aku tersenyum membalasnya. Entah kenapa ada yang perih di hatiku melihat pemandangan itu. Aku tidak rela melihat Riko pergi bareng Irin. Ya Tuhan apa sebenarnya selama ini aku sudah jatuh cinta pada Riko ?
Sebenarnya aku bohong pada Riko jika hari ini ada les inggris. Itu permintaan Irin untuk mendekatkan dirinya dengan Riko. Alhasil sekarang aku harus pulang sendirian.
“ Lita , kok pulang sendirian ?” suara Adit dari dalam mobil menghentikan langkahku menuju halte bus.
“ Ayo masuk !” ajaknya seraya membuka pintu mobil.
Aku menatap wajah Adit yang sedang menyetir. Kenapa Irin tidak mau menerima cinta cowok sekeren ini. Adit juga baik dan perhatian buktinya ia menawariku tumpangan.
“ Ternyata susah ya naklukin hati sohib lo “ ujar Adit membuka pembicaraan
“ Irin memang agak plin plan tapi kalo lo lebih gigih berjuang pasti bisa “ ujarku memberi semngat.
“ Gak tau lah ! kayaknya dia lebih suka sama Riko udah beberapa kali gue lihat mereka pulang bareng “
Aku diam tak menanggapi.
“ Gue kira Riko itu pacar lo soalnya dua tahun sekolah disini kalian selalu berdua “
“ Kami bersahabat “ putusku pelan.
Aku memainkan jariku. Hatiku makin resah. Sepertinya Adit mulai pasrah dan tidak mau lagi meneruskan perjuangannya mengejar cinta Irin.
***
Aku sengaja mematikan hp agar Irin tidak menelpon dan bercerita tentang acara siang tadi. Aku tidak mau mendengarnya. Aku belum siap mendengar nada bahagia keluar dari sana. Ku pandangi foto – fotoku dengan Riko. Selama ini tidak pernah terpikir olehku Riko akan jatuh cinta pada orang lain. Selama ini aku selalu merasa dia hanya untukku. Aku tidak tahu bagaimana hidupku nanti tanpa dirinya ?
“ Lit, Riko di depan tuh !’ teriak mama dari luar kamar. Aku buru – buru bilang pada mama jika sudah tidur. Mama heran karena biasanya aku paling senang jika Rico datang karena ada teman main PS bareng. Aku juga tidak mau mendengar hal yang sama dari Rico. Aku tidak mau mendengar apapun dari mereka berdua.
Keesokan paginya aku berangkat lebih pagi tidak menunggu di jemput Rico. Untunglah kami bertiga tidak sekelas jadi waktu bertemu hanya jam istirahat. Aku sengaja tidak makan siang dan memilih menyendiri di perpustakaan agar tidak bertemu dengan Irin dan Riko. Aku benar – benar takut mendengar apa yang akan mereka ceritakan. Aku belum siap terluka.
“ Kok gak makan siang ?” tanya Adit yang tiba – tiba saja ada di depanku.
“ Eh lo, kirain disini gue sendirian … gue gak terlalu lapar “ ujarku bohong.
Akhirnya kami habiskan jam istirahat dengan mengobrol. Sebenarnya Adit cowok yang asyik. Kemarin saat pulang bareng ia banyak bercerita tentang dirinya. Aku heran kenapa Irin menolak cowok sebaik dan sekeren ini.
“ Tadi pagi kenapa gak tunggu aku ?” tanya Riko saat menemuiku pulang sekolah.
“ Aku lupa ngerjain peer, jadi butuh contekan “ jawabku asal.
“ Kamu khan bisa telp suruh aku berangkat pagi “ ujarnya.
“ he.. he lupa “
“ Semalam kenapa tumben jam …
Belum sempat Riko melanjutkan pertanyaannya Irin sudah menarik tanganya.
“ Nanti malam aku ke rumah, jangan tidur !” ujarnya sebelum mengikuti arah kaki Irin. Aku mengangguk sambil tersenyum. Rasa perih makin terasa sekarang. Mereka layaknya orang pacaran. Irin begitu mesra menggamit lengan Riko yang berjalan disisinya. Aku menahan air mata agar tidak runtuh. Seperti inikah rasanya kehilangan seseorang.
“ Lit, ayo pulang bareng gue !” suara Adit membuatku kaget. Kenapa cowok ini selalu muncul di hadapanku tanpa pernah di duga sih … kayak hantu aja !
Untuk menghilangkan rasa sakit aku nekat mengajak Adit jalan – jalan dan nonton. aku ingin melupakan Riko dan Irin. Untunglah Adit seorang yang ceria hingga ia bisa membawaku melupakan hati yang perih. Hampir jam sembilan malam saat kami pulang. Riko sudah menungguku di teras.
“ Ngapain Riko disini ?” tanya Adit melihat tubuh Riko yang berdiri melihat kedatangan kami.
“ Dia khan tetangga gue paling mau ngajakin main PS” jawabku asal.
“ Lit .. gak tahu kenapa gue seneng banget hari ini jalan sama lo “ ujar Adit pelan. Aku menatap wajahnya tak mengerti.
“ Besok boleh khan gue sering – sering ngajak lo jalan “ tanyanya lagi sambil memegang tanganku. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Ada apa dengan cowok ini ? kenapa sikapnya jadi seperti ini ?
“ ok … “ jawabku ragu. Ia terseyum bahagia sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan pamit meninggalkanku.
“ Darimana jam begini baru pulang ?” tanya Riko ketus saat aku sudah di hadapanya. Aku menatapnya aneh.
“ Kenapa bisa sama Adit ?” tanyanya lagi masih dengan nada yang sama
“ Kamu kenapa ? lagi ribut ama Irin ? jangan di limpahin ke aku dong !” ujarku tak suka dengan kalimat ketusnya. Ia menariku untuk duduk
Aku diam. Hari ini sungguh membingungkan. Sikap Adit yang berubah aneh. Sekarang sikap Riko juga aneh.
“ Kamu mau cerita apa ? aku capek nih … besok aja gimana ?” ujarku setelah lewat sepuluh menit hanya diam .
“ Kamu berubah “ ujarnya pelan.
“ Berubah gimana ? enggak lah ! cuma hari ini aku beneran capek “
Riko mendesah pelan sebelum akhirnya bangkit dan pulang tanpa bicara apa – apa. Ada yang hangat di kedua mataku. dan itu air mata. Tuhan, kenapa aku tidak pernah siap mendengar apapun dari bibir Riko. Kenapa aku tidak bisa menerima kenyataan. Kenapa aku selalu lari dan menghindar. kuhempaskan tubuh dengan perasaan kesal.
***
Adit dan Lita
Aku menatap wajah Adit yang serius saat mengungkapkan perasaanya. Ia jatuh cinta padaku. Kebersamaan kami beberapa hari ini membuatnya terkesan. Entah apa yang kurasakan saat ini. harusnya bahagia bisa di cintai oleh cowok sebaik, sekeren dan sekaya Adit. Tapi hatiku tetap kosong. Tidak ada sedikitpun nama Adit terukir disana. Dua belas tahun terakhir cuma ada Riko, Riko dan Riko …. Dan aku tak tahu butuh waktu berapa lama untuk menghapus dan mengantinya dengan nama lain.
“ Gimana Lit ? kamu mau khan jadi pacarku “ tanyanya penuh harap.
Aku menarik nafas. Aku tidak tahu harus lari dan sembunyi sampai kapan. Aku mengangguk sambil tersenyum. Adit menggenggam erat tanganku seraya mengucapkan terima kasih. Ada luka yang tambah menganga di hatiku.

Riko dan Irin
Riko menatap Irin yang sedang membereskan buku pelajaranya. Biasanya Lita yang melakukan hal itu jika usai belajar bareng. Apa yang sedang dilakukannya dengan Adit ? apa ia sudah melupakan kenangan selama dua belas tahun ini ? sebegitu mudahnya ia melupakan kenangan itu. Riko menghela nafas untuk mengurangi pedih yang terasa di dada. Ingin rasanya ia berteriak pada Lita agar gadis itu tahu perasaannya yang sesungguhnya. Ingin rasanya ia berlari memberitahu Lita bahwa di hatinya cuma ada Lita .. Lita … dan Lita.
Irin menatap wajah Riko yang sedang termenung. Ia yakin waktu akan membuat Riko bisa mencintainya. Walau untuk itu ia harus menunggu entah sampai kapan.

Di muat di Majalah Teen 2011

Tidak ada komentar :

Posting Komentar