Minggu, 22 September 2013

Double Rio

Sabtu, 02 Januari 2010




Pernah gak ketemu dengan orang yang sama dalam satu hari tapi dengan kondisi dan situasi yang jauh beda ? bisa jadi sering terjadi. Tapi buat aku gak mungkin bertemu dengan Rio yang selama ini kukenal tiba – tiba berubah 360 derajat dalam satu hari. Gak mungkin Rio yang sukanya bawa mobil mewah ke sekolah, selalu tampil keren dengan gayanya yang borjuis tiba – tiba aja jadi kondektur bus. Bisa hancur reputasinya sebagai artis sinetron pendatang baru yang sedang naik daun.
“ Lo yakin yang lo liat itu Rio ? “ tanya Viona sobat karibku.
“ Sumpe ! dia di depan mata gue narikin duit ke penumpang “ seruku menegaskan obrolan.
“ Emang banyak sih orang di dunia ini yang sama, bisa jadi cowok yang lo liat itu cuma mirip doang.”
“ Mungkin sih ! tapi kenapa mirip banget ya “ ujarku heran.
Beberapa menit kemudian Rio melintas di depan kami dengan tampang sok coolnya itu. Gak mungkin banget khan cowok sombong itu jadi kondektur. Sikap arogannya membuatku semakin tak yakin kalau cowok yang kulihat di atas bus adalah dia.
***
“ Viona sini buruan !” teriakku histeris pada Viona yang masih asyik ngutak ngatik HP.
“ Apaan sih !”
“ Tuh, lo lihat cowok yang lagi bersihin bus di seberang sana, itu bukannya Rio “
Viona segera mengedarkan pandangan pada sosok tubuh yang kutunjuk dan tersentak kaget. Dalam sekejab ia langsung menarikku turun dan membawaku menaiki bus yang sedang dibersihkan oloh cowok yang mirip Rio itu. Tanpa basa – basi kami berdua langsung duduk di hadapannya dan dengan seksama memperhatikan gerak – geriknya.
“ Maaf mbak, bus ini gak jalan sedang dibersihkan “ sapanya sopan.
Kami berdua masih termangu menatap sosok di hadapan kami.
“ Maaf sekali lagi mbak, bus disebelah sana yang jalan “ tunjuknya pada bus yang tadi kami naiki.
“ Rio, lo lagi nyamar ya ?” tebak Viona tanpa basi – basi.
“ Rio ? maaf mbak Rio siapa ya ?” tanyanya heran.
“ Lo Rio khan artis sinetron itu ?”
“ Ooh .. bukan saya Aldo “
“ Yang bener ?” tanya Viona penasaran.
“ Hm, sebenarnya gak cuma mbak yang nyangka saya Rio, banyak penumpang lain yang suka tanya kaya gitu, tapi saya bukan dia “ terangnya.
“ Kok, lo mirip banget sih !”
“ Masa sih !” jawabnya heran seraya menggaruk – garuk kepalanya.
Aku dan Viona saling berpandangan. Rio dan Aldo bak pinang dibelah dua. Sama – sama putih, tinggi dan ganteng. Letak perbedaannya Aldo jauh lebih ramah ketimbang Rio yang sombong dan arogan itu. Meski Aldo hanya memakai kaos puith, jins belel dan sendal jepit tetap saja kelihatan ganteng tidak beda dengan Rio.
“ Apa mungkin mereka kembar terus terpisah Rio jadi anak orang kaya sedang Aldo anak orang gak punya “ bisik Viona.
“ Idih ! sinetron banget sih lo “ ujarku gusar.
“ Eh, bisa aja Kay!” serunya.
Aku tertawa dalam hati. Jika mereka kembar gak mungkin banget orang tua Rio memisahkan anaknya apalagi mereka keluarga kaya. Gak ada alasan untuk membuang atau memisahkan mereka.
***
Seringnya bertemu dengan Aldo di terminal atau di atas bus membuat kami jadi saling kenal. Tak jarang jika bus sepi penumpang Aldo ngobrol dengan aku dan Viona. Ternyata umur kami sama. Tiap pulang sekolah ia langsung ke terminal untuk bekerja dan baru akan pulang jam tujuh malam. Kadang aku dan Viona sengaja menunggu bus miliknya berangkat agar bisa lebih banyak ngobrol.
Dibalik sikap baik dan ramahnya ternyata Aldo juga pintar. Ia sangat menguasai pelajaran eksak. Langsung saja kami tawari pekerjaan jadi guru privat awalnya ia menolak tapi setelah aku bilang akan membayar jerih payahnya ia pun bersedia. Akhirnya kini seminggu dua kali ia datang kerumahku untuk memberi pelajaran tambahan.
“ Kayla, lo disuruh Pak Imron mendampingi Rio jadi MC acara ultah sekolah “ ujar Yoga ketua Osis kami.
“ Duh, kenapa mesti sama dia sih ! kenapa bukan lo aja ? “ gerutuku karena tahun kemarin kami berdua yang ditunjuk pihak sekolah.
“ Maklumlah selebritis “ goda Yoga seraya tertawa.
Huh, pasti gak enak rasanya berdampingan dengan cowok sombong itu. Gayanya yang sok borju itu membuatku sebal. Gimana bisa aku kerja sama dengan dia ? yang ada malah bikin bete seharian.
“ Kata Pak Imron kita yang jadi MC ultah sekolah “ ujar Rio saat menyambangiku di kelas.
“ Iya “ jawabku singkat.
“ Ini draft acara dari panitia, kita disuruh mempelajarinya.”
“ Iya, nanti aku baca .”
“ Ok, nanti siang kita bahas usai jam sekolah “ putusnya seraya meninggalkanku.
Aku mencibirkan bibirku liat aja gayanya sok bossy gitu. Aku yang udah tahun kedua diberi tugas ini aja santai, kenapa dia yang ribet ? omelku dalam hati.
“ Maklumlah dia khan promosi diri siapa tahu ada sutradara yang nonton khan bisa ditawarin main film “ goda Viona melihat tampang beteku.
“ Pliss deh ! narsis banget tu cowok !” sungutku.
***
Hampir setengah jam Rio membaca draft acara. Sesekali ia memperagakan gayanya bak presenter terkenal. Belum lagi improvisasi yang sedikit dibuat – buat bikin aku tambah sebel melihatnya.
“ Sekarang giliran kamu “ tegurnya membuyarkan lamunanku.
“ Tahun kemarin aku yang ditugasin dan draft acaranya gak jauh beda jadi kayaknya gak perlu latihan “ ujarku menyombongkan diri.
“ Sombong banget kamu !” tegurnya sinis.
Aku tertawa kecil melihat tampangnya yang bete mendengar jawabanku.
“ Rio, kamu kembar ya ?” tanyaku penasaran karena selama setengah jam bersamanya tak kutemukan sedikitpun perbedaan pada dirinya dan Aldo.
“ Kok nanyanya gitu ?” tanyanya heran.
“ Enggak, aku ketemu orang yang mirip banget sama kamu tapi sifat kalian jauh berbeda .”
“ Mirip doang kali !”
“ Pastilah ! gak mungkin Aldo yang kukenal itu kembaran kamu secara dia cowok paling baik yang pernah kukenal.”
“ Aldo itu pacar kamu ?”
“ Bukan, kami bersahabat tapi untung deh dia gak punya sifat kaya kamu “ putusku seraya membersekan lembaran draft acara.
Selama tiga hari aku dan Rio latihan bareng memang banyak sifat dia yang bikin orang lain tidak suka. Egois, gampang marah dan sok bossy. Tak jarang ia memperlakukanku seperti asistennya. Jika bukan karena tugas sekolah aku tidak mau bekerja sama dengannya.
Ultah sekolah berlangsung dengan sukses. Aku sempat takjub dengan cara Rio membawakan acara. Ia seperti seorang presenter handal yang sering kulihat di Tv. Suasana jadi tambah meriah dengan gurauan dan candanya hingga tanpa sadar akupun terbawa larut dalam suasana ceria itu . Aku heran kenapa gayanya itu tak diperlihatkan saat kami latihan.
Banyak teman – temanku bilang kami berdua cocok jadi partner. Pak Imron malah sudah meminta untuk acara ultah tahun depan kami lagi yang dipercaya untuk membawakan acara. Ternyata dibalik sikap arogan dan sombongnya Rio mempunyai talenta sebagai entertainer.
***
Sudah hampir seminggu Aldo tidak kelihatan di terminal. Apa dia sedang sakit ? aku dan Viona tidak tahu harus mencarinya kemana karena selama ini ia selalu merahasiakan tempat tinggalnya. Selagi kami berdua bingung Rio datang dan menarik tangaku.
“ Ada apa ?” tanyaku heran.
“ Aldo kecelakaan !”
“ Aldo ? Aldo siapa ?”
“ Aldo teman kamu yang jadi kondektur di terminal “
“ Ha ? Viona …. ! “ teriakku histeris memanggil namanya.
Ruang serba putih dan seorang dokter yang sedang memeriksa denyut nadi Aldo terpampang di hadapan kami. Tampak kaki Aldo dibalut perban begitu juga pelipisnya. Ia kaget melihat kedatangan kami.
“ Aduh Aldo kenapa jadi gini ? “ teriak Viona histeris sambil memegang tangan Aldo. Ia langsung meringis kesakitan.
Seraya menahan sakit Aldo lalu menjelaskan kalau ia terjatuh dari bus saat akan turun. Kakinya terbentur aspal jalan begitu juga dahinya. Ia sempat pingsan dua hari karena pendarahan hebat. Tapi untunglah semua itu sudah terlewati sekarang tinggal proses penyembuhan.
“ Kok kalian tahu aku disini “ tanyanya heran.
“ Rio yang kasih tahu kami “
Aku seperti tersadar akan sesuatu. Segera kubalikkan tubuh dan menatap Rio yang sedang diam bak patung.
“ Apa kalian berdua … ?” tanyaku ragu.
Rio mengangguk pelan. Aku dan Viona menatap tak percaya akan anggukan Rio.
“ Iya kami saudara kembar “ ujar Aldo pelan.
Lalu mengalirlah cerita dari bibir Rio kalau selama ini hubungannya dengan Aldo tidak akur seperti saudara kembar pada umumnya. Ia kesal melihat sikap orang tuanya yang selalu menilai Aldo lebih pintar dalam segala hal. Padahal ia sudah membuktikan dengan menjadi model dan pemain sinetron bisa membuat orang tuanya bangga. Tapi mereka tetap ingin Rio harus pintar di bidang akademis.
Sikap orang tuanya itulah yang membuat Rio membenci Aldo. Sikap baik Aldo yang memilih tidak memihak siapapun tidak digubrisnya. Ia berubah menjadi orang yang gampang marah dan egois. Sedang Aldo karena tidak tahan dengan sikap Rio memilih untuk menghabiskan waktu di luar rumah dengan menjadi kondektur bus.
Kecelakaan yang menimpa Aldo membuat Rio dan orang tuanya sadar jika selama ini mereka telah bersikap salah. Setiap anak memang ditakdirkan mempunyai bakat dan kelebihan yang berbeda meski mereka terlahir kembar. Hubungan mereka pun kembali baik. Tindakan Rio memberitahu kami soal kecelakaan yang menimpa Aldo merupakan salah satu permintaan maaf atas prilakunya selama ini . Ia berharap kedatangan kami bisa membuatnya bahagia.
“ Jadi lo pilih siapa ? gue sama Aldo ya “ bisik Viona.
“ Apaan sih lo !” bisikku gusar takut terdengar oleh mereka berdua.
“ Apa kita suit aja !” bisiknya lagi tak perduli dengan omelanku.
“ Vionaaa……. !” jeritku kesal sambil mencubit pinggangnya.

***
Dimuat di Majalah Teen november 2009

Tidak ada komentar :

Posting Komentar