Jalan – jalan lagiiih, kali ini
aku dan hubby menghabiskan waktu ke bagian utara kota Bandung. Yup, Benar! Kami
akan ke LEMBANG. Siapa yang tidak suka menghabiskan waktu di dataran tinggi seputaran
Lembang seraya menikmati udara dingin yang segar. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah
Gunung Tangkuban Perahu. Gunung
Tangkuban Perahu ini berada di
ketinggian kurang lebih 2.084 mdpl dan berjarak kira – kira 20 km dari kota
Bandung. Suhu rata - rata setiap harinya berkisar 17 derajat celcius pada siang hari dan 2 derajat celcius pada malam hari, hehe.. kebayang enggak tuh dinginya kalo malam.
Sebagian besar masyarakat kita
sudah tahu tentang legenda Sangkuriang yang jatuh cinta pada ibundanya sendiri
yaitu Dayang Sumbi. Sang ibu memberikan
syarat agar Sangkuriang membuat perahu dalam waktu semalam. Upaya Sangkuriang nyaris berhasil karena ia dibantu kekuatan para Jin, namun sang ibu yang dari jauh mengawasi pekerjaanya lalu meminta warga sekitar untuk menggelar kain sutra berwarna merah di bagian timur desa. Sangkuriang menyangka warna kemerahan menandakan hari telah pagi. Ia menghentikan pekerjaanya dan menyerah karena tidak bisa memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Perasaan kesal dan kecewa membuat Sangkuriang marah dan menendang perahu yang baru setengah jadi dibuatnya. Posisi
perahu yang terbalik akhirnya membentuk menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sudah lama sekali aku tidak pernah kembali kesini, terakhir saat study tour waktu SMP. alamaak ... jaman kuda gigit besi deh. Perjalanan menuju Gunung
Tangkuban Perahu lumayan panjang dan lama dengan jalan yang berkelok – kelok.
kali ini kami melewati jalur Purwakarta - Subang. Namun keindahan alam di sepanjang perjalanan tidak menyurutkan niat kami untuk
tetap melaju. Eheem, kereta kali aah! bener lho, rimbunan pohon teh, hutan pinus dan bukit hijau membuat udara terasa segar. satu hal yang pasti adalah tidak macet! kami bahkan masih sempat mampir ke bank BRI cabang setempat untuk sebuah urusan. hehe, sekali mendayung dua tiga pulau terlampui, begitu kata pepatah. Sebenarnya bisa saja sih lewat kota Bandung, namun karena weekend langsung terbayang banyaknya kendaraan ber plat B yang wara wiri.
Jalan menuju keatas berkelok dan banyak tikungan tajam jadi harus berhati - hati. Tanda peringatan untuk kendaraan juga terdapat di sepanjang sisi jalan. Harga tiket masuk ke kawasan
wisata ini Rp 15.000/orang. Biaya parkir
kendaraan untuk mobil Rp 10.000, motor Rp 5.000 dan Bus Rp 20.000. Bagi
pengunjung yang datang dengan kendaraan umum tersedia mini bus dari pintu masuk
yang akan mengantar keatas. Di pintu loket ditawari masker seharga Rp 7.500/pcs karena si akang
memberitahu untuk terhindar dari bau belerang yang menyengat, maka kami membeli
dua buah.
Terdapat tiga kawah sebagai
tujuan berwisata yaitu Kawah Ratu, Kawah Domas dan Kawah Upas. Kami langsung
menuju Kawah Ratu yaitu kawah paling besar dan utama. Bagi yang membawa kendaraan maka akan parkir
di sini. Udara dingin langsung menerpa
saat hubby membuka jendela mobil. Bau
belerang ternyata tidak terlalu menyengat dan kami memilih untuk tidak memakai
masker. Beberapa papan peringatan berdiri dengan dua bahasa agar wisatawan
asing juga mengerti dan mentaati peraturan. Undakan bebatuan berada di sepanjang sisi kawah. meski telah dibatasi pagar kayu harus tetap berhati - hati apalagi jika ingin ke tempat yang lebih tinggi. Jika terpeleset bisa kecemplung ke kawah bo!. Tanah diseputaran kawah ini berwarna putih bercampur dengan batu belerang yang warnanya kuning.
Selain kawah yang luas dan unik,
tempat wisata juga ini terdapat toko dan warung kecil yang menyediakan makanan
dan minuman siap saji atau baru matang. Seperti gorengan, bandrek, mie rebus,
bakso dan lainya. Disini juga terdapat
area khusus yang menjual sovenir dan oleh – oleh khas Jawa Barat sebagai buah
tangan. Mulai dari kaos, gantungan kunci, angklung, celengan, obat tradisional,
tas anyaman,topi, batu alam hingga syal dan sweater sebagai penghangat tubuh.
Berhubung kami ingin punya foto
berdua dengan latar belakang kawah, maka kami meminta tukang foto keliling
dengan membayar Rp 30.000 dan mendapat sebuah foto lengkap dengan tulisan
tempat wisatanya. Hehe, tukang foto dan penjual disini semua telah terdaftar
dan mendapat identitas resmi dari pengelola.
Sebagai bonusnya si akang bersedia membantu memotret kami kembali dengan
hp milik hubby.
Tempat duduk terbuat dari kayu untuk melepas lelah
juga disediakan pengelola di depan masjid berwarna biru. Sambil
meluruskan kaki, kita bisa menikmati aneka penganan yang dijual seperti bakso
cuanki, siomay, jagung bakar hingga teh hangat dan kopi. Jadi, jika tidak
sempat membawa makanan dari rumah tidak
perlu khawatir karena disini buanyaaak sekali penjual makanan. Menurut bapak
penjual somay, sebaiknya harus turun ke bawah sebelum jam lima sore karena
kabut akan semakin banyak dan bau belerang juga menyengat. Belum lagi jalanan turunan yang penuh belokan
tajam hingga perlu kehati – hatian.
Oh iya, terkadang pihak pengelola
menutup tempat wisata ini jika kandungan gas belerang dioksida sudah lewat di
ambang batas normal yaitu 2 ppm karena
bisa sangat berbahaya untuk pernafasan. Jadi, jika sudah ada peringatan dari
pengelola kita wajib mematuhinya demi keselamatan bersama. Asyik kan jalan - jalanku kali ini, jika ke Lembang jangan lupa mampir ke tempat wisata ini ya.
"Tulisan ini diikutkan dalam niaharyanto1stgiveaway : " The Unforgettable Bandung "
"Tulisan ini diikutkan dalam niaharyanto1stgiveaway : " The Unforgettable Bandung "
seru banget jalan-jalannya. :3
BalasHapusIyaa, sudah pernah kesini juga kah mbak? indonesia memang banyak tempat bagus untuk dikunjungi dan ini salah satunya ... terima kasih ya sdh berkunjung ke blog aku
Hapusaku udah ke sana tahun 2013, denger2 sempat mau ditutup ya karena aktif lagi tangkubannya
BalasHapuskalo menurut abang somay sih pernah ditutup sebentar karena kadar belerang yang tinggi mbak, jadi baunya pekat banget. makasih ya sudah berkunjung ke blogku
Hapussudah lama banget, dulu ke tangkuban perahu jaman SMA ama pas ngenterin ibu jalan-jalan ama temen kantor tahun 2003 an
BalasHapushaha, iyaa mbak.. aku juga udah lama banget baru kesini lagi. sekarang makin rapi dan bagus mbak. terima kasih ya sudah berkunjung :)
Hapusvia tol cipali ya berarti ke tangkuban parahunya?
BalasHapusiya mas, kalo aku keluar tol cipali trus menyusuri purwakarta - subang, tapi jalannya jadi lebih jauh dan muter - muter, tapi gak kena macet. makasih ya sudah berkunjung
HapusTerakhir ke sana waktu SMA >.<
BalasHapuszaman masih kuliah dan single pernah ke sini sama temen2...pingin deh bawa anak2 ke sini, seklaian ceritain legendanya
BalasHapusiya mbak, tempatnya luas dan bagus juga rapi. terima kasih sudah berkunjung
HapusWahh..asik jalan-jalan terus. Fotonya keren. Saya ke Tangkuban Perahu waktu SMA Tahun 1991.
BalasHapushahaha, sama dong ya sama aku ... baru ke tempat ini lagi setelah sekian lama. terima kasih ya sudah berkunjung
HapusAku pernah kesana dengan suami, (pas masih calon suami) hehehe. Dan beli jagung bakar. Tapi sepiiinyaaaa
BalasHapusWaduh jadi keingetan, terakhir ke sini pas masih kuliah. Tahun 2000. Kangen ke sana lagi. Hehehehehe....
BalasHapusMakasih sudah ikut GA saya.:)