Rabu, 25 November 2015

Review film Brush with danger, karya anak bangsa yang mendunia



Senangnya karena sabtu tanggal 21 November 2015, aku dapat undangan Gala Premiere nonton film " Brush with danger ". Ini pertama kalinya aku dapat undangan nonton premiere film di Cinema XXI Epicentrum Walk, Jakarta Selatan. Norak ya? Biarin!  Selain waktunya yang pas karena hari libur. Aku juga senang karena ditemenin hubby, jadi bisa sekalian malam mingguan dong. 

Film yang kutonton kali ini sangat spesial, kenapa? Karena film dibuat oleh Livi Zheng, wanita cantik asal Malang, Jawa Timur kelahiran 26 tahun silam. Ya benar! Film karya sineas muda ini sudah beredar di Hollywood sejak tahun 2014 bahkan masuk nominasi piala Oscar dalam kategori Best Picture.  Selain sebagai sutradara Livi Zheng juga produser dan pemeran utama pada film ini.  Adiknya Ken Zheng merupakan penulis skenarionya. Sungguh kompak kedua kakak beradik ini.
 
Film ini bercerita tentang dua kakak beradik yaitu Alice Qiang ( Livi Zheng ) dan Ken Qiang ( Ken Zhen ) yang merupakan imigran gelap dari China yang masuk ke Amerika memakai kontainer. Keduanya mempunyai bakat bela diri namun bedanya Alice lebih menyukai dunia melukis daripada mempertajam ilmu bela dirinya sedangkan adiknya lebih suka berkelahi. 
 
 Bertahan hidup di Amerika tidaklah mudah. Di hari pertamanya bahkan harus memungut roti di tempat sampah untuk mengganjal perut.  Saat mereka menemukan sebuah taman tempat penduduk lokal berjualan, Alice mencoba menjual lukisan karyanya yang dibawa dari negara asalnya. Sayang, tidak satupun yang berminat untuk membeli.  Melihat banyak orang yang lebih kreatif akhirnya Ken memamerkan ilmu bela dirinya untuk menghibur pengunjung sekaligus kakaknya. Alhasil, mereka terpesona dan rela memberikan sejumlah uang.
 
Keesokan harinya seorang pria bernama Justus Sullivan ( Norman Newkrik ) tanpa sengaja melihat atraksi mereka. Dia lebih tertarik setelah melihat hasil lukisan Alice dan mengundang mereka untuk makan malam serta memamerkan galeri seninya.  Justus memberikan penawaran untuk membantu menjual lukisan Alice dengan sistem bagi hasil. Tak hanya itu Justus juga menawarkan mereka tempat tinggal dan membujuk Ken untuk mengikuti kompetisi bertarung yang bisa menghasilkan banyak uang. Kehidupan mereka berangsur membaik karena Alice bisa fokus melukis untuk mengejar mimpinya sebagai pelukis terkenal.  

Konflik dalam film ini bertambah saat seorang detektif Nick Thompson ( Nikita Breznikov  ) menemukan sesosok mayat gadis asia tanpa identitas di tepi pantai.  Kecurigaanya semakin tinggi saat bertemu Alice di toko yang menjual peralatan melukis. Sementara itu, Justus membujuk Alice untuk melukis ulang lukisan klasik milik pelukis terkenal Van Gogh.  Meski awalnya menolak, namun rayuan Justus membuat hatinya luluh dan menyanggupinya.
Sayangnya, Lukisan asli tapi palsu Alice ini membawa bencana bagi kedua kakak beradik ini.  bagaimana mereka melepaskan diri dari Justus? Apa hubungan Alice dengan detektif Nick Thomson? Siapakah mayat gadis asia yang ditemukan di pinggir pantai?

Film yang berdurasi kurang lebih 90 menit ini adalah sebuah film laga yang tidak menghadirkan sadisme, kebrutalan atau banjir darah dimana – mana seperti layaknya film laga Hollywood.  Oh ya, di film ini tertulis untuk 13 tahun keatas. Jadi, masih layak jika ingin mengajak anak – anak untuk menonton. Namun menurut aku, kualitas akting Livi Zheng sebagai pemeran utama masih kurang.  Aku tidak bisa membedakan kapan dia senang, sedih, marah atau bahagia karena raut wajahnya terlalu datar dan kaku. Hm, apa mungkin memang seperti itu ya tuntutan karakternya?  adiknya Ken Zheng, lebih bagus karena karakternya yang ceria. Aku justru menyukai akting Norman Nekkrick yang sukses membuatku kesal karena sangat licin dan jago memperdaya orang lain. 
 
Apapun itu, aku tetap saangaaat bangga dengan film ini karena jarang sekali karya anak bangsa bisa berkibar bahkan tembus di kancah film internasional sekelas Piala Oscar.  Hasil kerja keras Livi Zheng saat awal terjun sebagai kru dan pemeran pengganti membuatnya belajar segala hal tentang film.  Persaingan  industri film di Amerika sangatlah ketat namun ia tidak pantang menyerah. Ia akan terus belajar untuk membuat film agar lebih baik lagi. Bahkan ia berniat untuk menjadikan Indonesia, tanah kelahiranya sebagai tempat syuting. 
 Jadi, mari kita dukung karya anak bangsa agar bisa terus berkarya dan berkibar di dunia Internasional dengan menyaksikan film ini  di bioskop mulai tanggal 26 November 2015.

sumber foto : www.brushwithdanger.com/ koleksi pribadi

3 komentar :

  1. waah kaka adik yang keren dan kompak
    hebat yaa karyanya bia mendunia. saluuut

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, salut sama kerja keras Livi dan Ken hingga berhasil membuat film ini tembus di pasar hollywwod

      Hapus
  2. overall filmnya bagus unggul dalam hal cerita dan laga, sayang pengemasannya cenderung flat

    BalasHapus