Sabtu, 29 November 2014

Wisata Puncak, Bogor November 2014 : Misteri Telaga Warna

 Masih di kawasan Puncak, Bogor kami juga mampir ke Telaga Warna. Objek wisata ini berada dekat di sekitar perkebunan teh dan bagian dari kawasan Cagar Alam hutan Gunung Mega Mendung serta dalam pengawasan Kementrian Kehutanan. Letaknya dekat dengan restaurant Melrimba Garden.  Kendaraan bisa masuk melalui jalan yang berada di seberang restaurant. Di pintu masuk kami di kenakan tiket masuk Rp 4.000/orang dan kendaraan Rp 5.000. Awalnya aku mengira ini merupakan tiket masuk menuju danau tapi ternyata tidaaak ... hahaha. Tiket ini hanya untuk menikmati keindahan kebun teh bagian lain yang dinamakan wisata agro Ciliwung. Sama aja sih dengan perkebunan Gunung Mas, hm ... kenapa harus bayar ya? Entahlah!  Jalan masuk merupakan jalan beraspal kasar dengan satu jalur kendaraan yang disisi kiri dan kanan adalah pohon teh dengan panjang sekitar 500 meter. Oh iya,  Jika tidak membawa kendaraan bisa hiking  melalui jalur perkebunan dan akan berujung di pintu masuk danau. 

 
 

Kamipun tiba di pintu masuk danau Telaga Warna dan kembali harus membayar tiket seharga Rp 7.500/orang dan parkir kendaraan Rp 2.000.  Jika hari biasa hanya dikenakan tiket masuk Rp 5.000. oh iya, banyak juga lho pengunjung yang bergunjing di antrian belakangku dengan aturan pembayaran tiket di pintu awal masuk. Hihihi, ternyata tidak cuma aku yang bingung bin heran. Setelah membayar Rp 17.000 berdua dengan hubby kami langsung masuk ke dalam.  Suasana pagi itu masih sedikit sepi karena belum banyak pengunjung.  Di dekat pintu masuk terdapat papan pengumuman yang berisikan aturan bagi pengunjung untuk menjaga kebersihan dan keasrian danau karena masuk dalam wilayah hutan konservasi. Di sekeliling danau tumbuh ribuan pohon yang kupikir sudah berusia ratusan tahun dilihat dari ukuran tinggi dan besarnya.

 
 
 Selagi berjalan – jalan terdengar gemerisik daun disertai jatuhnya beberapa ranting dan daun dari atas pohon. Ternyata beberapa monyet ekor panjang sedang sibuk lompat dan bergelantungan dari dahan satu ke yang lainya. Hehe, lucu sekaligus agak horor ya  karena si monyet terkadang tiba – tiba turun ke bawah dan mengambil apa saja termasuk makanan pengunjung. Harus sedikit berhati – hati dan waspada jika sedang memakan sesuatu, bisa – bisa nanti dicomot dan berbagi dengan si monkey.  Tapi begitulah salah satu keunikan dari tempat wisata ini. 

 
 Danau ini juga menyimpan misteri yang hingga kini belum dipastikan kebenaranya. Dari rumpian ibu yang duduk bareng denganku jaman dahulu ada pangeran ingin menikah dengan seorang gadis namun harus membawa sejumlah emas untuk mahar. Entah kenapa tiba – tiba saja pernikahanya batal lalu si pangeran marah dan membuang emasnya ke dalam danau. Cerita lain yang berkembang di dalam danau ini ada dua ekor ikan purba. Jika ada orang yang melihat ikan ini melintas atau melompat maka segala keinginan dan harapan akan terwujud.  Hingga siang hari menatap danau ini aku tidak melihat ikan atau menemukan segenggam emas ... yang artinya? Anda belum beruntung! Hahahaha ...
Danau Telaga Warna dikenal dengan airnya yang berbeda warna, tapi pada kenyataanya yang kulihat hanya warna hijau lumut.  Lagi – lagi menurut cerita disebut Telaga Warna karena pantulan cahaya matahari pada tumbuhan dan pohon yang tumbuh di sekitar danau dan membias ke air hingga bermunculan warna warni serupa warna tumbuhan.  Di sediakan rakit berbentuk rumah yang bisa di sewa untuk berkeliling danau seluas 1,5 ha. Kedalaman danau sekitar 15 meter membuatku tidak berani mencoba, selain tidak bisa berenang aura yang ditampilkan pada danau ini memang agak menyeramkan.  
 
 
 Selain rakit disini juga tersedia arena outbond seperti flying fox dan jungle track. Menjelang agak siang muncul sekumpulan anak – anak yang berani menyebrangi danau dengan flying fox. Sedangkan untuk menyusuri hutan bisa melalui bagian sisi danau. Mushola dan toilet juga lengkap tersedia. Sepertinya pengelola tempat wisata ingin membangun beberapa buah resort yang bentuknya cukup unik seperti rumah daerah di Minahasa. Tapi entah kenapa pengerjaanya belum ada satupun yang sempurna atau siap pakai.  Akhirnya hanya dipakai pengunjung untuk duduk dan bersantai sambil memandang ke arah danau. 

 
            
 
 

Di sini juga terdapat tempat makan dan pedagang yang menjual berbagai asesoris handmade, tatto,  air balon dan sekuteng sebagai penghangat perut.  Pengunjung semakin bertambah banyak di siang hari dan kami memutuskan keluar. Di depan pintu masuk terdapat lagi pedagang yang menjual aneka jenis sayuran dengan harga murah, rujak dan gemblong ibu Juju yang terkenal empuk dan kenyal.  

4 komentar :

  1. Sayang ya warna danaunya tak seindah namanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, kok balasan komenku buat mbak donna ilang ya? .. hadeuh, :( .. anyway, iya bener mbak warna danaunya hijau lumut dan tidak warna warni. meskipun begitu .. masih banyak pengunjung yang datang sekedar menuntaskan rasa penasaran. makasih ya sudah berkunjung :)

      Hapus
  2. memang bersatu dengan alam itu paling menyejukkan jiwa ya mbak :) salam kenal dari orang Bogor juga hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, maaf mbak baru bales komenya ... iya bener lihat hijaunya daun itu segeern banget n menyejukkan pikiran. apalagi di bogor dingin terus ya ... wah mantap deh
      makasih ya udah berkunjung :)

      Hapus